Yang satu bukan lagi menjadi yang kesatu. Yang satu sudah mencari yang kedua ketiga dan ke berapanya yang ia mau. Punya berpunya sudah menjadi milik yang satu. Yang satu pergi meninggalkan pertama, ia tak pernah tahu pertama belum siap melepasnya pergi.
Kedua menjadi lembaran baru bagi yang punya 'yang satu' dulu. Yang satu kerap membayangi, bahkan saat yang satu tak tahu ia dibayangkan. Yang satu pergi, lembaran kedua tak berganti-ganti.
Andai dulu yang satu tau dan yang diinginkan yang satu pun tahu. Sayangnya mereka tak pernah bertemu. Andai kata andai itu bukan penyesalan, tetapi perbaikan. Tapi sudahlah jangan dibahas, jangan diulas. Yang satu pergi, yang kedua menanti. Walaupun nanti menanti adalah sebab muasal yang satu pergi. Tak apalah.
Untuk yang satu di hati yang dulu, kamu tak tahu aku tahu. Tahu bahwa kamu tahu hanya sebagai pengandaian yang tak kesampaian. Lelah mengolah imajinasi setinggi ibarat tinggi untuk berharap kita sama-sama tahu. Karena mungkin memang takdir yang memuat hal-hal seperti itu.
Jadi, mari bahagia. Mari bahagia dengan apa yang sudah ada. Jangan lagi ada pengucapan penyesalan belaka, karena luka memang tak perlu dibuka-buka.Kita ada dan punya cerita. Tak ada lagi kita. Yang ada hanya kedua, ketiga, dan seterusnya. Panglima sudah hilang, seiring dengan tak hadirnya kenangan. Dua puluh dua gadis bermata bundar itu memang takdir bagi panglima. Saya tahu saya mampu untuk menghapus panglima dari wadah bewarna merah tua di bagian manusia saya :)