Manusia selalu punya dua sisi. Entah setiap orang menyadarinya atau tidak, tapi saya merasakannya. Sore ini saya duduk berhadapan di sebuah kereta dengan sepasang suami istri tua. Kami mengobrol, sangat asyik hingga sampai ke tempat tujuan (kurang lebih 3.5 jam). Dan, di saat itulah, sisi lain saya bangkit. Please, let me cite my own story first, not all of it, just a little. Belakangan ini, entah karena kondisi saya yang lelah fisik dan mental, saya merasa ‘melepas’ semuanya. Melepas waktu, melepas mimpi, melepas kewajiban belajar, melepas antusias, melepas ketulusan bahkan melepas kerelaan. Namun anehnya, perasaan ‘melepas’ ini justru membuat saya tidak nyaman, bahkan cenderung gelisah, seperti ada sisi dalam diri saya yang tak terima. ‘percakapan kereta’ kami mengubah cara pandang saya. Hidup mereka bahagia dan, sangat sederhana. Anak cucunya hidup berkecukupan dengan pendidikan yang baik, dan yang terpenting, mereka saling menyayangi. Kedua orangtua tadi hidup rukun, bahkan di usia senjanya, mereka masih memuji satu sama lain. How awesome it is that your spouse still admire you as well as the first J
Banyak
pelajaran yang saya dapat. Bagaimana kita harus dekat dengan Sang Pencipta.
Sholat dhuha dan tahajud dengan rutin akan membawamu ke dalam kemudahan dunia.
Allah yang punya seluruh jagat raya ini pasti mampu mengatur hidup kita, bagian
sangat kecil dari ciptaan-Nya. Ya, saya menjauh, saya menjauh dari kepercayaan
terhadap-Nya. No matter how hard life it is, He always in our side, thats the
point! Tertunduk, malu dan sadar. Saya.
Sederhana juga membuat hidup kita ten times better than
showing all the fake things that we called mewah or etc. Forget it, we just
need happiness, and...peace. sederhana menjanjikan itu semua. Ibu tadi sangat
suka memasak sayur dan membagikannya kepada para tetangga, itulah mengapa
pasangan di depan saya merasa bahagia, tak kesepian, karena punya banyak
saudara. Saya menilik ke dalam diri, terkadang masih ada perasaan untuk
‘dilihat’ orang, padahal sesungguhnya, tanggung jaawab kepada diri sendiri yang
penting. Dimana kita bisa menjalankan apa yang menjadi kewajiban kita dengan
sebaik-baiknya, berbuat baik kepada sesama dengan niat yang tulus. Tak perlu
mata manusia untuk melihat, tak perlu kata-kata flattered yang membuai, we just
need our willingness to do that. Just it.
Saya
punya mimpi. Punya fantasi mengenai dunia yang saya inginkan nanti. Bagaimana
berharapnya saya dulu menulis kata-kata mimpi di kertas warna-warni, saya buka
setiap malam dan saya bayangkan. Saya tulis semua yang saya harus lakukan untuk
mencapai impian saya. Seharusnya saya tak menelantarkan mereka. Mereka ada
karena saya. Mereka tercipta karena niat luhur saya yang ada kemarin. Mereka
terlalu indah untuk dibiarkan, mereka berharga sebagai secuil bakal hidup saya,
yang damai dan bahagia. Mereka jujur. Saya pemimpin mereka, so from now on,
wake up baby, you have all the tools to make your dreams come true, i love you,
dear dreams. Face the world, we have Allah all the way J
15 Maret 2013. 21:18.
0 komentar:
Posting Komentar